Minggu, 10 Juni 2018
NAMANYA Ahmad Ali Rayyan Shahab, anak laki-laki berusia 10 tahun itu sudah memiliki prestasi dengan membuat komik sendiri. Lalu bagaimana ia bisa menjadi seorang komikus?
Rayyan begitu putra pasangan Salim Shahab dan Fitria Shahab tersebut dipanggil. Ya, sejak kecil anak kelahiran Jakarta 28 Mei 2008 itu memang sudah hobi membaca karena kerap diajak sang ibu pergi ke toko buku.
Ketertarikannya di dunia komik, diakui sang ayah, Salim Shahab sejak Rayyan tinggal di Yogyakarta pada medio 2008 hingga 2009 silam. Saat itu, keluarganya tinggal di Yogyakarta karena Ayah Rayyan sedang menempuh studi S2 di salah satu perguruan tinggi di Kota Pelajar tersebut.
"Kebetulan Rayyan sejak kecil memang dekat dengan dunia pendidikan. Saat dia masih 1 tahun sering diajak ke toko buku oleh ibunya. Sampai saat dia berusia 3 tahun sudah senang baca dan menggambar, serta pandai bercerita," tutur Salim saat berbincang dengan Okezone, Minggu (10/6/2018).
Kemudian, pada 2011 Salim kembali memboyong keluarganya ke Jakarta. Sebab, pendidikan S2-nya di Yogyakarta telah selesai ditempuh. Bakat yang dimiliki Rayyan menjadi komikus pun tak lepas dari perhatian sang Ibu.
Menurut Salim, istrinya yang juga berkecimpung di dunia pendidikan sangat telaten mengurus serta membesarkan Rayyan. Bahkan, istrinya lah orang pertama yang mengetahui bakat Rayyan di dunia komik.
"Ketika tumbuh besar, Rayyan suka sekali baca buku cerita. Setelah membaca nanti anak itu membuat dialog dan ilustrasi sendiri dari apa yang dia lihat. Tapi pola ceritanya seperti buku yang sudah dia baca," kata Salim.
Kemampuan Rayyan menarasikan cerita mulai terasah ketika duduk di Kelas 1 SD IT Buahhati. Kegiatannya bermain dengan teman sebayanya di sekolah membuat Rayyan memiliki ide untuk membuat komik. Tak hanya itu, saat bermain bola dengan teman-teman di kompleks rumahnya pun dijadikan bahan membuat gambar ilustrasi dengan bubuhan dialog khas anak-anak.
"Kalau di komplek rumah Rayyan biasa bercerita soal main bola bersama teman-temannya. Nah, di sekolah tentang main petak umpat yang dia ceritakan dalam bentuk komik. Saat itu memang gambarnya jelek tapi kami melihat anak ini punya potensi bercerita secara detail dan mengilustrasikan sesuatu dari pengalaman yang dirasakan dan disaksikannya," urai sang Ayah.
Ketika duduk di bangku kelas 2 SD, ada keinginan dari keluarga untuk mencoba membukukan gambar-gambar bercerita yang dibuat Rayyan. Namun, Salim memiliki pengalaman unik saat ingin membantu proses editing dan memberi masukkan, Rayyan seolah menunjukkan idealismenya.
"Saat saya mau melakukan editing dari alur cerita dan ilustrasi yang dibuat Rayyan sempat memberi masukkan, tapi dia tidak mau. Dia tetap ingin alur ceritanya seperti yang diinginkannya," tegas Salim.
Komik pertama berjudul "Petualangan Babang Dewa" pun akhirnya terwujud dengan upaya Salim mengajak temannya yang merupakan seorang kartunis untuk membuat gambar lebih menarik, tapi dengan cerita genuine dari Rayyan. Saat itu, komik Rayyan tidak dicetak banyak hanya untuk dibagikan kepada keluarga, teman-teman sekolah dan se-permainan serta ke guru SD-nya saja.
"Di ulang tahunnya yang ke-8, kami membuatkan komik pertamanya. Rayyan memiliki identitas diri di komik sebagai Babang Dewa yang memiliki karakter hebat. Saat itu kami cetak hanya untuk internal saja," kenangnya.
Kemudian karena respon dari guru dan teman-temannya soal komik perdananya itu bagus, Rayyan menjadi lebih semangat menulis. Tepat di usianya ke 9 Tahun, sang ayah kembali mengajak temannya yang seorang kartunis untuk mengilustrasikan 5 cerita yang sudah dibuat Rayyan menjadi satu buku komik untuk dicetak secara serius dan dipublikasikan. Komik tersebut berjudul "The Real Steal Good vs Evil".
"5 Cerita itu yang kemudian kami seriuskan. Komik itu berisi sekira 90-an halaman dan saya coba membicarakan dengan teman yang bisa mendistribusikna ke toko buku. Alhamdulillah diambut baik dan penjualannya signifikan. Artinya di tengah masyarakat yang malas baca buku atau anak yang suka gadget ternyata masih mau membeli buku bacaan dalam hal ini komik," papar Salim.
Okezone pun sempat menanyakan beberapa hal kepada Rayyan. Mulai dari sejak kapan dirinya bisa membuat komik hingga dari mana saja mendapat inspirasi. Jawaban polos khas anak-anak pun terlontar dari Rayyan.
"Sejak aku bisa membaca buku/ komik yang dimulai pada usia 3 tahun," ucap Rayyan.
Kamudian, kami tertarik menanyakannya, dari mana ide membuat komik itu muncul. Rayyan pun menjelaskan, jika idenya membuat komik mucul dari dukungan keluarganya.
"Sebenarnya, Abah (aku manggil ayah dengan abah) adalah penulis buku. Melihat buku-buku abahku (ada yang model komik juga), aku jadi tertarik bikin buku juga. Umik (Ibu) juga mendukung. Terus, kumpulan cerita tentang sekolah (waktu aku kelas 2) dan cerita di kompleks yang pernah ku susun dan dikumpulin. Om Eko (temannya Abah ku yang pintar melukis) membantu agar bukunya jadi bagus," papar Rayyan.
Rayyan juga menjelaskan karakter-karakter yang dibuatnya di dalam komik. Bahkan, kata dia, teman-teman se-permainannya dijadikan karakter di komiknya.
"Kalau dibuku petama, tokohnya teman sekolah dan teman kompleks. Ada Jasdo, Hilmi, Farhan, Syarif, dan lain-lain. Kalau dibuku kedua, tokohnya ada yang karangan aku sendiri ada yang ambil dari cerita dari buku lain. Seperti, Bumbleebee, Gorzan Steve, Zombie, Skeleton, Steven, King Shark, Mobil Robot, Clans dan Professor," katanya dengan jenaka.
Terakhir, Rayyan pun menjabarkan cerita yang suka ia bawakan dalam komiknya. Menurutnya, ide membuat cerita dalam komik terkadang muncul secara spontan. "Sesuai dengan keinginan atau ide yang mucul. Kadang tentang maen bola, kadang pertualangan, kadang horor, kadang robotik, kadang petempuran," tutup Rayyan yang bersemangat membuat komik ketiganya.
Sumber Artikel : Okezone.com
FeedBack