Politik pada hakekatnya adalah kegiatan orang secara kolektif sangat mengatur perbuatan mereka di dalam kondisi konflik sosial. Bila orang mengamati konflik, mereka menurunkan makna perselisihan melalui komunikasi. Inilah yang disebut komunikasi politik.
Bagi seorang politisi atau politikus, apalagi yang duduk sebagai wakil rakyat di parlemen, komunikasi politik seharusnya sudah menjadi keniscayaan. Salah satu tujuannya adalah menciptakan, membangun, dan memperkuat citra (image) politik di tengah masyarakat, khususnya para konstituen alias pemilihnya. Citra politik, menurut Cangara (2007) adalah identitas politik, yang merupakan visualisasi dari atribut yang diberikan dan dipersepsikan oleh pihak luar tentang seorang kandidat maupun partai politik. Citra politik berkaitan dengan pembentukan pendapat umum karena pada dasarnya pendapat umum politik terbangun melalui citra politik. Sedangkan citra politik terwujud sebagai konsekuensi kognitif dari komunikasi politik. Para politikus sangat berkepentingan dalam menciptakan, membangun, dan memperkuat citra politik positif mereka melalui komunikasi.
Di sinilah kesadaran Marwan Jafar akan pentingnya komunikasi politik. Bagi politisi muda ini, komunikasi politik tidak saja menciptakan, membangun dan memperkuat citra politik. Namun juga bertujuan membentuk, membina serta mempertahankan pendapat umum (public opinion). Pendapat umum merupakan fenomena komunikasi politik yang sudah cukup lama menjadi perhatian, baik oleh para politisi maupun oleh para akademisi. Hal tersebut dapat dipahami karena pada hakikatnya pendapat umum di negara demokrasi dapat disebut sebagai sebuah kekuatan politik. Pendapat umum sering diposisikan sebagai kekuatan keempat setelah kekuatan lainnya dalam konsep trias politica yang diungkapkan Montesqueu, yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Marwan terbilang dari beberapa sedikit politisi di Senayan yang sadar akan pentingnya komunikasi politik. Baginya, tudingan minor yang dialamatkan ke DPR belakangan ini, harus dijawab dengan meningkatkan kinerja sesuai tugas, pokok dan fungsi (Tupoksi). Hal ini penting dilakukan untuk penguatan lembaga perwakilan rakyat sekaligus meningkatkan tingkat kepercayaan rakyat terhadap lembaga tersebut. Tugas DPR secara jelas tercantum dalam pasal 20A, ayat (1) UUD 1945, yakni fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Tiga fungsi ini sangat strategis untuk ditingkatkan, sehingga dapat mencapai tujuan berbangsa dan bernegara.
Buku ini dibagi dalam enam bagian atau tema. Semua bagian itu memberikan gambaran tentang tindakan nyata dari perjuangan politik, baik di bidang politik, ekonomi, internasional, dan sosial budaya berdasarkan wacana yang sedang berkembang selama periode Marwan Jafar menjadi kader politik dan wakil rakyat. Pembaca akan mendapatkan banyak pencerahan, pengalaman dan lesson learned yang dituturkan secara mengair dan enak dibaca.
Buku ini bermanfaat dan dapat menggugah para politisi lain, terutama wakil rakyat, untuk “berani” menyatakan pendapat, memberikan argumentasi dan benar-benar menjadi wakil, suara dan penyambung lidah rakyat sekaligus menjadi pembuktian kepada konstituen mereka.
Dan Nimmo, dalam buku Political Communication and Public Opinion in America (1980) melukiskan dengan singkat bahwa politik adalah pembicaraan, atau kegiatan politik adalah berbicara. Marwan Jafar sudah membuktikan teori Nimmo ini.