Buku ini merupakan ulasan KH Yahya Cholil Staquf yang karib disapa sebagai Gus Yahya terhadap “Muqaddimah Qonun Asasi” karya Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari yang menjadi khutbah pembuka pendirian jam’iyyah Nahdlatul Ulama 102 tahun silam.

Dalam tradisi pemikiran Islam, karya ulasan semacam ini disebut syarah, komentar atau penjelasan (explanation commentary) atas sebuah karya seorang ulama atau pemikir.

Sebagian mungkin akan bertanya, untuk apa komentar semacam ini perlu dibuat? Apa relevansinya buat perjuangan kita? Mengapa memberikan komentar penting dalam tradisi Islam? Apa mungkin karya ini penting dalam menemani perjuangan Islam hari ini?

Setidaknya ada dua jawaban yang bisa diajukan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pertama, aspek pengetahuan. Aktivitas mengomentari berbeda dengan menerjemahkan. Ada upaya meninjau ulang, menelaah, menafsir, dan menuangkan analisis-analisis baru yang relevan dengan konteks tertentu.

Kedua, sosio-historis. Bagaimanapun mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim, mendialogkan imperatif moral dengan konteks sosial yang dihadapi menjadi cara agar Islam tetap bertahan sebagaimana mestinya sebuah agama, memayungi peradaban.

Buku ini sebenarnya memuat dua kata kunci; “warisan” dan “masa depan”, pahit-getir pengalaman sepanjang perikemanusiaan berjalan berabad-abad, mengerucut pada soal apa yang bisa tanam, dan kelak dituai oleh generasi penerusnya. Jamak manusia tidak menyadari hal tersebut, sampai terjerembab pada pikiran hanya untuk mencapai apa yang bisa kita dapat dari dunia ini.

Nahdlatul Ulama merupakan warisan peradaban yang lahir untuk melindungi harkat dan martabat umat Islam di seluruh dunia. Sebuah warisan raksasa Hadratussyaikh yang harus dicerna dan ditularkan kepada generasi-generasi penerusnya di masa depan.

Buku ini disajikan secara cutting edge agar bisa menjadi pengantar mengenal Nahdlatul Ulama, Ahlussunnah wal Jamaah dan khazanah peradaban Islam ala Indonesia secara umum, khususnya bagi generasi muda. Selain itu, buku ini penting untuk membangkitkan diskursus Nahdlatul Ulama sebagai pengetahuan, sehingga bisa memantik diskusi yang lebih jauh perihal riwayat sosio-historis pendirian jam’iyyah Nahdlatul Ulama.

****