Jumat, 16 Februari 2018
Jakarta: Direktur Utama PT Telkom Tbk periode 1992-1996 Setyanto P. Santosa meluncurkan buku berjudul "Untold Story IPO Telkom di New York Stock Exchange (NYSE) dan Bursa Efek Jakarta (kini BEI)," di Gedung Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Selatan, Kamis, 15 Februari 2018.
Peluncuruan buku ini dihadiri oleh sejumlah tokoh, yakni Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, Direktur Utama PT. Telkom Tbk Alex J. Sinaga, Komisaris Utama PT. Pertamina Tanri Abeng, dan beberapa pejabat dari Kementerian BUMN.
Setyanto mengatakan buku hasil tulisannya itu bukan untuk mengisahkan perorangan saja, namun menceritakan kerjasama dari para direksi Telkom pada saat itu dalam mempersiapkan Telkom menjadi perusahaan go public kelas dunia.
Menurutnya, buku tersebut bisa dijadikan pedoman pada anak muda zaman sekarang, khususnya yang ingin perusahaannya go public juga. Sebab buku ini menceritakan secara lengkap kesiapan Telkom sebelum melakukan pencatatan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) di NYSE dan BEJ. Banyak manfaat yang bisa dipelajari dari perjuangan Telkom.
"BUMN lain juga bisa mendapatkan manfaat dari buku ini. Pembelajaran yang bisa dipetik dalam mempersiapkan IPO sebuah perusahaan raksasa sebesar Telkom yang harus dilakukan di bawah tekanan," ujar Setyanto.
Setyanto menceritakan Telkom pada saat itu bisa dual listing melalui proses yang cukup panjang dan berliku. Bahkan hampir batal karena kekuatan politik saat itu. Hal ini sempat membuat para petinggi Telkom kalang kabut dan berupaya untuk mencegahnya
"Jika pembatalan terjadi, bukan hanya merugikan Telkom, tetapi juga Indonesia sebagai bangsa. Reputasi Indonesia akan hancur di pasa modal dunia," ungkapnya.
Ia mengungkapkan rencana pembatalan itu terjadi pada hari-hari terakhir menjelang listing. Untuk mencegahnya, ia menghubungi Menteri Riset dan Teknologi B. J. Habibie agar memberikan penjelasan kepada Presiden Soeharto agar tidak terjadi pembatalan. Pada saat itu, Soeharto sangat percaya dan mengikuti saran-saran dari Habibie.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT. Telkom Tbk Alex Sinaga mengatakan buku ini menyampaikan pesan bahwa untuk meletakkan fondasi yang bagus bagi perusahaan dibutuhkan perjuangan yang besar. Meskipun dalam keadaan tidak sempurna, upaya melektakkan fondasi dasar itu harus tetap diperjuangkan.
"IPO merupakan momentum luar biasa untuk bisa tumbuh. Ini merupakan mimpi pendahulu, tentunya para stakeholder Telkom," kata Alex.
Sementara itu, Menteri Rudiantara mengatakan buku ini merefleksikan kembali mengenai jerih payah Telkom agar bisa IPO. Dalam era saat ini, ia meminta Telkom untuk bisa menangkap peluang dari fenomena perkembangan dunia digital ini.
Sejak IPO pertama kali pada 14 November 1995, Telkom masih bertahan menjadi perusahaan publik. Berdasarkan laporan tahunan 2016, publik menguasai 47,91 persen saham Telkom.
Sumber Artikel : Medcom.id
FeedBack