Senin, 30 September 2019
Jagatngopi | Jakarta
Bangsa Indonesia dewasa ini sedang dihadapkan dengan berbagai ancaman konflik kekerasan, kriminalitas, ujaran kebencian, hoax, diskriminasi sosial politik dan lain lain. Kesemuanya itu merupakan permasalahan bangsa yang bukan saja tanggungjawab pemerintah, TNI dan Polri tetapi juga memerlukan partisipasi aktif berbagai elemen bangsa, khususnya Universitas sebagai ujung tombak perubahan dan pembangunan bangsa ke arah yang lebih baik. Merupakan tugas moral mahasiswa, mahasiswi dan insan akademis untuk memecahkan permasalahan dan tantangan bangsa ditengah konstelasi global dan geopolitik kawasan Asia Pasifik yang sangat dinamis dalam satu dasawarsa terakhir.
Paradigma Bicara untuk ke-3 kalinya bekerjasama dengan Puska Otoda UKI menggelar Bedah Buku berjudul “Melindungi NKRI dari Disintegrasi dari Sabang Sampai Merauke”Dari Sabang sampai Merauke Lasksamana Soleman B. Ponto untuk Negeri” bersama Laksamana (Purn.) Soleman B. Ponto,S.T., MH. Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis TNI pada Senin sore, 30 September 2019 bertempat di Paradigma Kafe & Resto Jl. Pegangsaan Barat No.4 Cikini Menteng. Jakarta Pusat.
Laksamana (Purn.) Soleman B. Ponto,S.T., MH. Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis TNI dalam sambutan pembukaan mengatakan, Buku pertama berjudul TNI dan Perdamaian ACEH, Catatan 880 Hari Pra dan Pasca-MoU Helsinki dan buku kedua berjudul Jangan Lepas PAPUA, Mencermati Pelaksanaan Operasi Militer di Papua, Sebuah kajian Hukum Humaniter dan Hukum HAM. Dua buku ini merupakan hasil dari penugasan, pengakuan dari korban menyebutkan konflik itu kejam, jangan sampai terulang lagi, dunia memotret Papua dengan hukum internasional dan hukum HAM, pelanggaran HAM ada sanksi dari PBB, yaitu diisolasi, diembargo dan lain lain.
Bedah buku karya Laksamana Muda Soleman B. Ponto tentang Aceh dan Papua itu memiliki beberapa poin penting yang relevan dengan konstatasi tersebut di atas. Pertama, dua buku karya Soleman Ponto merupakan satu kesatuan gagasan penting dari mantan perwira tinggi TNI yang terlibat langsung dalam mendamaikan Aceh setelah melewati proses peacemaking dan peace building yang menguras energi sosial, ekonomi politik dan pertahanan serta keamanan. Kedua, buku yang visioner membahas upaya strategik memecahkan masalah Papua. Gagasan Laksamana Ponto itu dirumuskan dalam perenungan yang diperkaya
dengan pengalaman empirik sebagai praktisi pertahanan, bahkan praktisi hukum humaniter dan peacemaker di Indonesia dan
internasional.
Menurut Soleman Ponto, pencegahan dan penyelesaian konflik, peacemaking dan peace building serta pembangunan sosial, ekonomi dan politik melalui nilai-nilai kemanusiaan. Perdamaian adalah konstruksi sosial yang perlu dipelihara melalui kemajuan intelektual dan social. Masyarakat sipil dan dunia akademik harus berada di garis depan untuk menciptakan kondisi yang lebih baik untuk semua.
Acara ini dihadiri oleh Laksamana (Purn.) Soleman B. Ponto,S.T., MH. Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis TNI, Fransiskus X, Gian Tue Mali, M.Si. Kaprodi Ilmu Politik UKI, dan Dr. Audrey Tangkudung M.Si Ketua Umum ILUNI Pascasarjana(SPs) Universitas Indonesia, dimoderatori oleh Dr. Sidratahta Mukhtar, Direktur Puska Otoda Prodi lImu Politik Fisipol UKI, dan Indah Novitasari, M.Si (Han), Wakil Ilmu Politik UKI. (LA)
Sumber Artikel : Jagatngopi.com
FeedBack